Photobucket - Video and Image Hosting
Tuesday, June 13, 2006

Kemarin jam 10 pagi.

Mbak :
"Mbak ini saya ..bla..bla...dari NEC. Saya mau mengabarkan kalau Mbak ada dalam daftar Peserta seleksi RNTC. Mbak udah punya pasport kan ? "
Gue : Udah, Mbak.
Mbak : O,ya. Kalau gitu nanti saya hubungi kembali. Karena berkas2 mbak baru dikirim tanggal 9. Nanti kalau sudah sampai saya hubungi kembali ya.
Gue : Oke. Mmm..Mbak ini maksudnya nanti saya dihubungi untuk wawancara ya ? Untuk dapetin beasiswa ?
Mbak : Ngga, Mbak. Kalau NFP udah ngga ada wawancara lagi.
Gue : Jadi, maksudnya ?
Mbak : Ya kita tinggal minta passport mbak, nanti biar kita urus visa nya. Mbak tinggal berangkat ke Belanda.
Gue : Maksudnya saya udah di terima gitu mbak ? maksudnya saya udah tinggal berangkat aja belajar ke belanda gitu ?
Mbak : Iya
Gue : Maksudnya saya udah dapet beasiswanya,mbak ?
Mbak : Iya...
Gue : Yang bener mbak ?
Mbak : Iya..
Gue : Haaah...?" Alhamdulillah.. Asyikk. .makasih ya,mbak. Makasih....

Seneng banget deh!!! Apalagi mengingat waktu test-nya gue bener2 asal banget. hehehe... Coba masih ada papa. Dia pasti bangga banget anaknya dapet beasiswa belajar ke negeri orang. Makasih ya, suamiku, mamaku, dan kakak adikku atas doanya.


Dewi Layla at 4:15 AM





Kita di Penggalan Malam

Sepi. Itulah kita malam itu.
Hanya ada pijaran lampu-lampu
dan mesin mobil yang berisik

Langit jauh lebih indah dari wajahmu ketika itu.
Makanya mataku tak pernah lepas menatap langit.
Sesekali kamu mencoba melontarkan pertanyaan.
Semua kujawab dengan diam.
Hingga akhirnya pertanyaan seringkali berubah menjadi pernyataan.

Kamu terus nyerocos.
Sebetulnya diam-diam aku berharap ada sebentuk kalimat
peringan luka yang kudengar malam itu.
Tapi semua basi.
Semua pernyataan usang yang bahkan aku sudah menduganya dalam hati.
Maaf lagi, janji lagi, cinta lagi.

Kamu terus nyerocos. Tapi tak satupun kalimat yang kunanti.
Aku terus menatap langit. Masih ditemani deru mobil dan pijar lampu.
Tanpa satupun kalimat peringan luka.


Dewi Layla at 4:07 AM



Monday, June 12, 2006

Lagi Marah

Gagal menjaga keutuhan hati, itulah kamu
Itulah kamu, yang berpikir setelah semuanya terlanjur luruh menjadi abu

Aku tidak buta, untuk melihat bahwa kado itu untuk aku
kejutan itu terpamapang cantik, hanya buat ku
Tapi maaf, bingkai itu tak cukup kuat tuk leburkan luka

Hati ku juga tak beku
Mendung tercacat pada mukamu seharian ini
Sesungguhnya aku ingin menyapukan hujan di atasnya
Lantas membuatnya cerah kembali

Tapi maaf, seperti kamu yang pernah, aku pun bisa kehilangan cinta
Aku justru berharap lebih dari itu
Aku mampu mengalihkannya pada yang lain

Aku pernah, dengan nafas satu satu ku
Mencoba menyusun kembali retak-retak yang terserak
retak-retak yang kau ciptakan sendiri atas cinta kita yang kau puja

Kamu pasti tau, kesendirianku tak membuatnya bertambah ringan
Tapi kamu pernah lihat, aku mampu
Hingga cinta tertata utuh kembali
lantas kita kukuhkan di puteri duyung
senja itu...

Cintamu tak terbantahkan saat ini
Tapi kamu tau,
manusia tersusun rapih atas sejarah yang dibangunnya..

Melupakan luka,
Melupakan sejarah,
artinya melupakan mu...


Dewi Layla at 7:27 AM



Thursday, June 08, 2006

TIMOR LOROSAE



Bagus banget yach ...? Sayang negeri ini nasibnya tak sebagus pemandangan alamnya...

Dili, Timor Leste, Januari 2006



Dewi Layla at 4:18 AM



Wednesday, June 07, 2006


Dear
Dhank Ari,

Makasih untuk cinta berlimpah
dan hari-hari penuh tawa....


Dewi Layla at 5:24 AM







Hebatnya hubungan ini adalah.....

Dear,dhank ari...

Hari ini ada pembicaraan sangat serius rupanya yang kita bicarakan. Tentang masa depanmu, dan masa depan kita. Kamu kan tau apa yang paling aku cintai dalam hubungan ini, sebuah penghargaan yang tinggi terhadap kebebasan berpikir dan keinginan menjadi diri sendiri. Ketika pertanyaan itu terlontar sore tadi, aku yakin kamu tau sekali jawabannya jauh sebelum aku menjawabnya. Tentu aku akan senang hati mendukungmu, sayang. Tentu aku akan bersedia mengayuh dayung bersamamu mengarungi lautan baru yang akan kau selami. Untuk segala kesulitan yang mungkin kita temui, untuk segala ketakharmonisan yang mungkin terjadi karenanya.


Dear Dhank Ari, suamiku...

Kamu tau, wujud cinta paling kentara dalam sebuah hubungan, diantaranya adalah melihat orang yang kita cintai bahagia. Kamu tau, tanpa kamu kasih tau, aku tau kalau menerimanya adalah hal yang paling membuatmu bahagia saat ini. Jadi tak berlebihan rasanya jika aku memilih memaksa diriku berani menantang segala resiko terburuk yang mungkin timbul akibat penerimaan itu.

Dear Dhank Ari..

Aku yakin kamu sadar, bahwa terucap kata " Ya" dari bibirku tadi sore, adalah semua pertimbangan atas dirimu. Atas kebahagiaanmu. Semogalah bahagia itu memang akan mengalir dalam kesehariaanmu di hari-hari mendatang, dan semogalah bahagia itu juga tertular ikut-ikut mengalir dalam diriku, karenanya.

Dear Dhank Ari..

Tetaplah menjadi dirimu sendiri , teruslah menggali segala potensi yang kamu punya dan raihlah segala cita yang membanggakan dirimu ! Kamu kan tau, bahwa tak ada yang lebih membahagiakan daripada hidup dengan menjadi diri sendiri. Berdiri atas keinginan dan pilihanmu sendiri...


Dewi Layla at 5:08 AM






TIM SS KE DUFAN


akhirnya Tim Surat Sahabat jalan-jalan bareng ke Dufan hari rabu 3 minggu lalu. Sekalian perpisahan Beski dan Yanto ke Astro. Surat sahabat telah memberi warna yang luar biasa berbeda dalam keseharian gue. Disini gue melihat dan belajar banyak hal. Tidur satu alas dengan suku terbelakang mentawai, dayak, atau Asmat. Makan dengan lauk yang sama dengan mereka. Dan hidup bersama-sama tanpa listrik dan tanpa sinyal setiap harinya.
Saya belajar banyak hal, sekaligus mengingatkan saya kembali pada nilai-nilai hidup yang sesungguhnya. Nilai-nilai yang harus saya junjung tinggi sampai kapanpun, kemanapun. Kejujuran, kesederhanaan, kemanusiaan, dan rasa syukur. Saya belajar, esensi hidup bukan terletak pada 'jadi apa kita nanti', tapi pada kebertahanan nilai-nilai yang sejatinya akan terus hidup dalam diri kita. Ya, nilai-nilai itu tadi. Kejujuran, kesederhanaan, kemanusiaan dan syukur.
Makasih juga ya temen-teman ss. Telah menjadi rekan dan teman yang baik selama masa-masa liputan, yang meski mengajarkan banyak hal, tapi terkadang menyesakkan itu. Hehehehe...Anyway, ini adalah program pertama gue yang dapet bonus !! Kikikik...


Dewi Layla at 4:54 AM





UTOPIA : MASYARAKAT TANPA NILAI

Sulit rasanya hidup di tengah masyakat yang selalu mengedepankan nilai ketimbang substansi. Masalahnya, nilai2 yang dianut adalah nilai-nilai lama yang udah perlu renovasi di sana-sini. Dulu waktu saya masih pacaran dengan suami, saya disibuki dengan pertanyaan2 macam begini :
" Waah, mesranya...kapan nih undangannya ?", atau..
"Duuh, pacaran terus..udah kapan nikah ?"

dan seribu pertanyaan serupa lainnya yang dilontarkan pada saya setiap kali ada kesempatan. Saya terus terang bingung bagaimana menjawabnya. Beberapa kali saya jujur bilang pada mereka bahwa menikah bukanlah pilihan utama saya, eeh...mata mereka sontak melotot lantas bilang : " Maksud loe...?" Jadilah saya punya jawaban yang singkat dan pendek, walaupun ga sepenuhnya bener, yang penting mereka ga memperpanjang pertanyaan itu apalagi sampai melotot karena ga setuju. Jawaban saya adalah : " Menikah ? masih young and trendy genee getooo looh..." !! Dan merekapun diam.

Seandainya saja mereka tau pendapat saya yang sesungguhnya tentang pernikahan, saya ga bisa membayangkan bagaimana reaksi yang akan terjadi. Menikah lebih kepada pilihan, bukan keharusan. Untuk apa menikah kalo sehabis itu hidup malah direpotkan dengan banyak hal. Harus bisa basa-basi dengan mertua, ipar apalagi tetangga, harus bisa masak buat suami, harus bisa dandan cantik untuk suami, harus bisa ngurus rumah, harus pulang ga malam2, harus mempriosritaskan suami, harus berenti kerja demi ngurus suami dan seribu satu alasan keharusan lainnya yang didiktekan masyarakat. Malesss banget ga seeh ??? Wong masih cinta setengah mati aja gue ogah kalo harus melakukan sesuatu yang gue ga suka atas nama suami, apalagi kalo (amit-amit semoga ga akan terjadi) cinta itu mulai memudar nantinya ? Kalo cuma pacaran sih , ya tinggal putus aja. Tapi kalo udah nikah...mau cerai ? Amit-amit nanti dibenci Allah, belum lagi nanti dihujat oleh orang2 sekitar yang mengagungkan nilai keharmonisan dan kelanggengan. Huhh..capek !! Padahal lebih baik juga bercerai daripada hidup dalam neraka setiap harinya!!! Pokoknya, pacaran itu lebih save lah...

Tapi persoalannya, pacaran itu ga boleh have sex..dosa! kalo akhirnya gue menikah, lebih karena gue ga mau buat dosa..itu aja! Dulu gue sering bilang ke temen2, bedanya temen ama pacar cuma satu, yaitu sex !!! Lha emang bener kok...Kalo baik, perhatian, selalu ada disaat suka dan senang, mau nolong dll sih, temen2 gue juga banyak yang gitu ! Kalo alasan ada yang nganter2in, ada yang nemenin belanja, itu sih ga terjadi ama gue, emang pacar gue supir !!! Gue pergi sendiri ga tergantung ama pacar gue, karena Tuhan memberikan anugerah kaki dan otak yang baik yang harus gue pergunakan semaksimal-maksimalnya ! Lha..yang membedakan pacar gue dan temen2 gue lainnya adalah gue ga menikmati physical intimation sama temen2 gue !!!! Bener kan ? Tapi oh tapi..yang melotot dan marah gara2 pendapat gue tentang pacaran ini ternyata ga sedikit ! Mereka bilang gue terlalu sempit memandang pacaran ! Helllooo...?????!!!! Stupid apa bodoh sehhh....

Setelah akhirnya gue menikah, gue pikir gue bakalan bebas dari berbagai pertanyaan2 yang gue ga tau mau jawab apa. Tapi ternyata, setelah gue menikah, muncul lagi pertanyaan yang nguing-nguing hampir tiap hari dikuping gue, yaitu :
" Kapan nih, udah isi belum?" atau..
"eH, Udah hamil belum ? dan..
"Kog belum sih, si ini udah..si anu udah !"

Please dehhh..emang gue tau kapan Tuhan mau memberkahi kehamilan pada diri gue !!! Lagipula gue ga tau mau jawab apa. Pernah suatu kali gue jujur bilang mau menunda. Alasannya adalah gue belum siap secara psikologis dan materiil untuk melahirkan anak. Karena melahirkan anak bukan sekedar melahirkan lantas memberinya susu, makanan, pendidikan yang nantinya disesuaikan dengan gaji gue dan suami. Gue ga mau !! Kalo punya anak artinya gue sadar bahwa gue udah mau rela menungguinya menangis sepanjang malam sambil mengelus-elus dan mengganti popoknya yang terus membasah tanpa harus mengutuk-utuk karena gue ga bisa ikutan nongkrong bareng temen2. Kalo gue punya anak gue harus tau bahwa gue udah rela untuk bisa memilih menunggu dan mengantarnya ke sekolah dengan gue sendiri yang menyetir mobilnya tanpa harus rebutan dengan jadwal gue kuliah S2. Gue juga maunya memberikan yang terbaik buat anak-anak gue, susu terbaik, makanan terbaik, waktu terbaik, pendidikan terbaik, pelajaran moral terbaik, nilai-nilai religi terbaik, pokoknya semuanya yang terbaik. Tapi apa mungkin memberikan dia susu terbaik atau menyekolahkan dia di sekolah terbaik kalo uangnya masih harus rebutan dengan biaya bensin atau cicilan rumah ??? Gue ga mau...Tapi waktu gue jujur, gue malah disuruh meralat omongan itu, katanya nanti kualat. Gue jadi bingung setengah mati, apa salah kalo gue mau bertanggung jawab dengan berencana memberikan segala sesuatunya yang terbaik untuk anak2 gue..Gue ga mau seperti temen2 gue yang anaknya bahkan lebih deket sama pembantu karena dia jarang ngurusin anaknya. Sementara kalo ditanya kenapa ga berenti kerja aja biar bisa ngurus anak, jawabannya adalah ya ngga bisa lah karena mereka butuh dual income !!! Jadi korbannya siapa ? Anak-anak bukan ??? Gue ga mau egois dengan mengorbankan anak-anak gue ??

Tapi waktu gue kasih tau alasan sebenarnya, mereka malah melotot dan marah2...gue dianggep aneh dll...Lha wong mau memberikan keadilan dan semua yang terbaik untuk anak-anak gue kok malah dimarahin ????

Aneh..aneh...masyarakat yang aneh !!!!


Dewi Layla at 12:47 AM



Friday, June 02, 2006

THE WAY HE LOVES ME .......

Sebenernya Kalau dipikir-pikir... kurang memanjakan apa ya suami saya ini ? Di pernikahan kita yang baru beberapa bulan ini, saya sudah bisa menyetir mobil bagus dan punya rumah yang bisa saya tata seenak perut saya. Dulu, mobil sedan dengan ac sembriwing dan dilengakapi dengan cd changer serta tape yang bisa muterin lagu kesukaan saya hingga jrang jreng jrang jreng sekeras apapun cuma impian. Sekarang saya bisa jalan-jalan kemanapun dengan mobil saya itu. Terus, saya dulu sering berantem sama mama cuma gara2 beda ide dalam menata interior rumah. Tapi sekarang saya juga udah dibeliin rumah sendiri yang penataannya bisa saya lakukan sesuka saya.

Kalau menyimpulkan saya matre, jelas salah banget. Dulu waktu pacaran, saya tau banget siapa dia. Bukan seseorang yang seharusnya saya pilih jika uang adalah orientasi saya dalam memilih suami. Dulu, kita seringkali harus terbiasa pacaran sambil menghirup asap knalpot mobil dari dalam angkot. Atau, merelakan diri diguyur hujan atau berteduh berlama-lama di halte sambil menunggu hujan reda. Kita juga harus senantiasa menahan diri untuk menonton Film bagus karena kita harus menghemat pengeluaran. Saya tidak menuntut banyak dalam hal materi. Saya menikmati setiap hal bersamanya,susah dan senang, karena saya mencintainya tulus.

Begitu memutuskan menikah dengannya, saya juga tetap tidak mau tau jumlah uang dalam tabungannya. Makanya ketika akhirnya kita menikah dan dia mampu membelikan saya mobil dan rumah, tentu diluar dugaan saya. Hari ini, begitu saya menyetir mobil sendirian menuju kantor, saya mahfum betapa suami saya begitu memanjakan saya. Terima kasih ya,sayang....


Dewi Layla at 2:47 AM





PENASARAN....

Nyebelin banget deh hari ini. Begitu gue mau nyebrang ke kantor, tiba-tiba aja ada kijang biru. Terus sambil tetap melaju pengemudinya buka kaca mobil dan manggil nama gue keras-keras : " DEWII...." !!!! Karena gue lagi nyebrang dan mobilnya juga sambil melaju, serta si pengemudinya memakai kaca mata hitam, jadilah gue ga tau siapa si pengemudi itu. Gue juga ga ngenalin mobilnya, tapi dari cara dia manggil gue harusnya sih tuh orang cukup kenal lumayan deket ma gue. Tapppiii siapa ya ? Uuuhhh jadi penasaran deh seharian ini !


Dewi Layla at 2:39 AM



Photobucket - Video and Image Hosting favorit :
alternatif
sejarah
surprises
jalan-jalan
+buyung
+citra
+desan
+dhank Ari
+Nita
+ochan
picis