Photobucket - Video and Image Hosting
Wednesday, February 15, 2006


singkawang, 2006

" Vihara Tri Daya Budhi Dharma", katanya sih kelenteng tertua di singkawang. Dibangun ketika orang-orang cina di datangkan ke singkawang untuk menjadi pekerja tambang emas. Mereka membangun perkampungan sekaligus tentu aja klenteng di belakang saya ini.


Dewi Layla at 4:34 AM



Monday, February 06, 2006


JURNALIS PEBISNIS

Beberapa waktu lalu ,sebuah acara televisi di mana saya terlibat didalamnya, mendapatkan penghargaan berskala nasional yang cukup bergengsi. Tiba-tiba saja salah seorang rekan di kantor nyeletuk, “ wah, selamat ya.Hati-hati looh, nanti di stripping !”. Hmm …saya tersenyum kecut. Stripping menjadi momok. padahal ada yang lebih berbahaya dari sekedar bahaya keletihan luar biasa yang diakibatkannya.
Dalam dunia pertelevisian, istilah stripping digunakan untuk menyebut sebuah program yang ditayangkan setiap hari, 5 – 7 hari berturut-turut setiap minggunya. Dulu, waktu saya baru masuk dunia pertelevisian, program stripping sudah di gunakan untuk program-program yang berada di divisi produksi yang membawahi sinetron, sitcom, infotainment atau acara talkshow.
Entah apa yang menyebabkan ‘big boss’ mengambil kebijakan menggenjot keuntungan perusahaan dengan menciptakan program-program stripping itu. Padahal seperti halnya teori ekonomi sederhana ‘Hukum Gossen II”, tingkat kepuasan yang coba dipuaskan secara terus menerus akan mengakibatkan turunnya tingkat kepuasan itu sendiri. Terbukti misalnya beberapa program yang dulunya meraup rating luar biasa, kandas dengan ponten yang memprihatinkan setelah di stripping. Kesimpulan sederhana dari saya pribadi sih : penonton menjadi cepat bosan,ketika tayangan itu di siarkan setiap hari. Apalagi tidak diimbangi dengan kreatifitas yang memadai dari si pembuat program.
Herannya, meski sudah terbukti demikan, toh fenomena program stripping tak turun pamor. Tadinya saya mengambil sikap masa bodoh, toh bukan di divisi saya. Tapi tidak demikan lagi, ketika pada suatu waktu saya sadar bahwa stripping sudah merambah dan menjadi ‘kebiasaan’ di divisi saya.
Adalah September 2004, ketika sebuah program dari divisi pemberitaan untuk pertama kalinya dikenai wajib stripping. Inisialnya….(hehe..ada deh). Program ini tak pelak menelurkan kontroversi selain karena karakterter programnya yang nggak ‘newsy’ sama sekali, pun juga karena stripping. Ini Gila !!! Tapi mau mencak-mencak dan dicaci maki seluruh isi lantai, toh program ini tetap digolkan. Saya ingat sekali bagaimana awalnya program ini menuai protes dari banyak kalangan di bulan-bulan awal kemunculannya. Para Crewpun semakin terpuruk dalam rasa tak percaya diri.
Teriak-teriak tanda tak setuju lama kelamaan makin tipis. Para Crew pengusung program-program stripping dibiarkan terlena dengan kebanggaan yang digembar-gemborkan terus menerus karena kesuksesannya menjalankan program stripping. Misalnya saja , “ hebatnya program ..bip…, walaupun di stripping belom pernah re run lohh…!” begitu para produser dan ex produser memuja muji para crew. Dan banyak lagi puja-puji basa basi ga penting yang tujuannya apalagi kalau bukan menanamkan di kepala para crew kebanggaan pada program, lantas tentu saja pada diri sendiri. Dengan begitu diharapkan semua crew mau bekerja giat memeras keringat dan otak, serta meminimalisir keluhan2 yang sebelumnya sering dilontarkan. DAMN ! padahal kalau boleh berpikir ulang, apa hebatnya bekerja di program macam begituan ! TOLOL !!!!
Hingga sekarang program itu masih berdiri kokoh dan menuai rating-rating bertabur bonus. Semua Crew senang dan bertepuk tangan (sebagian malah bertepuk dada)! Selain kerja gampangan, dapet bonus terus menerus dan pujian berlimpah2 ! Gobloknya, semua berpikir linear. Apa yang terlihat di permukaan,itulah yang terjadi . (Untungnya saya udah ngga di program itu lagi ).
Tapi saya yakin nggak semua yang terlibat ngga tau apa-apa. Selentingan kabar itu ternyata benar ! KKN memang ngga pernah sepi peminat. Isu bahwa program stripping menguntungkan pihak-pihak tertentu ternyata sungguh benar adanya ! Tuntutan tayangan setiap hari dan kendala kekurangan crew serta alat, jadi alasan jitu untuk mentrasfer kerja pasca produksi di luaran. Siapa yang akan mengerjakan ? Tender bisa saja dibuat sebagai topeng, tapi siapa yang mau terlibat bisnis dengan untung hitungan milyar itu , harus punya uang pelicin ! “Yak,Kamu,…bip…, yang menang tender !” Si bos tinggal tunjuk, siapa yang dalam amplopya punya lembaran paling banyak ! Bukan itu saja, keuntungan per episode juga tak kalah disabot. Satu episode yang dilemparkan kepada si pemenang tender, dikasih catatan, “jangan lupa, keuntungannya bagi berdua !”. Semakin banyak episode, logikanya semakin banyak untung yang diraup oleh kedua belah pihak,bukan?

Oke, Pertanyaan selanjutnya , jadi kenapa harus stripping ? ! TENTU adek2 sudah bisa menjawabnya bukan ?! Bukan harus atau tidak harus, tapi stripping tentu saja akan memberikan keuntungan lebih bagi para jurnalis pebisnis itu bukan ? ! Makanya, saya ogah kalo sampe program saya tersayang sekarang ini di stripping ! Bukan takut keluar energi berlebihan, Cuma ogah aja meras keringat untuk para jurnalis pebisnis itu !


Dewi Layla at 1:08 AM



Wednesday, February 01, 2006

....Usianya mungkin baru 10 tahun. Itu juga usia kira-kira. Karena tak satupun penduduk di bekelu', mentawai itu yang tau kapan mereka lahir. Wajah polos dan senyum malu-malunya seketika mampu menarik perhatianku dan baskoro, kameramen saat itu. Namanya Ruru. Lengkapnya Ruru Binen Sagulu. Tiap pagi dengan sigap ia memotong pohon sagu dan mengangkatnya untuk di jadikan makanan babi. Hop..satu..dua ... dan puluhan babi lainnya datang mendekat. Ia juga mulai berlatih memanah, karena hanya dengan berburu mereka bisa makan daging...Ada banyak rindu untuk Ruru di sini. Kapan-kapan kalau ada rejeki tante dewi dan om Masgoro jenguk ke sana ya...


Dewi Layla at 6:05 AM



Photobucket - Video and Image Hosting favorit :
alternatif
sejarah
surprises
jalan-jalan
+buyung
+citra
+desan
+dhank Ari
+Nita
+ochan
picis