Photobucket - Video and Image Hosting
Saturday, March 25, 2006

Ga bisa marah !

" maaf,atas hari yang penuh dengan kemarahan sayangku.." kataku sambil menyeka lembut tangannya yang hinggap diatas persneling mobil. Lelaki itu seraya tersenyum. Singkat ia berkata, " ga papa, terima kasih udah ngingetin aku".
Lucu sekali rasanya hari ini. Seharian aku ngga kuasa untuk ngga marah-marah. Masalahnya cuma satu, "Lelakiku itu ngga bisa marah !". Tabiat ngga bisa marahnya itu rasanya sudah begitu keterlaluan buatku. Beberapa teman dan rekan kerja bahkan pernah secara serius bertanya padaku, " Aku koq ngga pernah liat dhank ari marah ya ?, dia itu sebenernya pernah marah ngga,wie ?'..
Mungkin buat orang lain, tabiat ngga pernah marah itu justru menyenangkan. Ngga heran sih, lelakiku itu memang banyak temannya dan kebanyakan orang seakan mencintai kehadirannya di tengah2 mereka. Tapi buat orang terdekatnya, yaitu aku, tabiat itu cukup mengganggu untuk beberapa hal. Seperti siang tadi, saat ia ngga berusaha menyemprot balik tukang taksi yang berusaha berkilah kalau telah menghajar bemper belakang mobil kami !!!! Sayangku,sayangku....! Mungkin bagi sebagian orang memang sulit untuk jujur pada perasaannya sendiri. Buat saya (yang mudah marah..hehehe..), hal ini cukup mencengangkan !!! Apa sih su litnya marah ? Masalahnya saya percaya, seperti halnya tertawa, anger is a gift too !!! Kebayang ga sih kalo kita ga bisa marah ? Di pukul, diem...dipalu, senyum...Aduh, Alhamdulillah janga-jangan suami saya mewarisi sifat nabi yang jago nahan amarah ! Tapi kalo justru amarah jatuhnya membusuk dalam jiwa, Naah looh...kan gawat,tuh !! Jangan-jangan perlu ada pelajaran untuk 'marah' di kurikulum sekolah...Ayo dooong,sayangku, marah ..ayo...marah !!!!!


Dewi Layla at 6:40 AM





Panas. Teriknya mentari bisa dibaca dari kernyit dahi dan mataku yang menyipit. Gerakan kakiku yang terburu-buru sempat terhenti oleh teguran petugas keamanan di gerbang depan kantor. "Lewat sini aja,mbak...".
Aku tersenyum cerah. "Wah, rupanya peraturannya sudah berubah nih! Bagus juga, jadi ngga perlu memutar beberapa menit lebih lama untuk mencapai lobby kantorku yang rupawan itu" pikirku dalam hati. Maklum aja, aku termasuk penentang nomor satu untuk urusan peraturan entry gate yang jalurnya cukup menyita waktu itu.
"Ooh..udah boleh ya pak lewat sini ?!"
"Bukan,Mbak...di sana ada demo!"
"Ooohh.."
Senyumku lantas hilang begitu saja,entah terbenam dimana. Aku mengangguk singkat sambil membelokkan kaki ke tempat yang dimaksud pak satpam. Ujung-ujungnya aku tetap saja harus melewati jalur biasanya, hanya sedikit memotong pada jalur yang biasa. Sayup-sayup orang berorasi memaksaku melongok sebentar pada kerumunn orang-orang berwajah garang di gerbang sebelah.
"Hmm..demo apalagi kali ini ya? Bakso tikus,borak dan sebangsanya udah ga jaman lagi "
"Ooh..."
Lupa mataku terantuk pada apa, atau telingaku mendengar celoteh siapa. Yang jelas, aku jadi tahu demo kali itu mendemo liputan kami yang katanya ga bermoral. Aku lantas melengos pergi.
Setiap kepala di kantor ini tentunya punya pendapat sendiri dengan peristiwa demonstrasi itu. Begitu pun aku.
Cara demonya memang norak. Tapi subsatansinya membuatku tak bisa bicara banyak. Salah-salah aku harus menelan ludah sendiri. Begini sulitnya bekerja untuk sesuatu yang bahkan kita ragukan sendiri nilai manfaatnya. Ga usah jauh-jauh bicara kapitalisme. Mari Kita bicara nilai saja. Nilai "harus atau tidak harus", nilai "perlu atau tidak perlu", nilai "bermanfaat atau tidak bermanfaat".. bukan "penonton suka atau tidak suka", " penonton senang atau tidak senang, " ! Jangan-jangan penonton kita semua suka masturbasi sehingga tontonan berbau seks laku keras !!
Tapi, maklumi saja. Semua punya pilihan kebenarannya masing-masing. Mungkin jika saya berada di barisan usia mereka (para pendemo-red), saya juga berada dibarisan itu. Mungkin juga ketika mereka berada di usia saya, mereka sudah tak lagi ada dibarisan itu. Meski diam-diam menundukkan muka sedalam-dalamnya agar gurat malu tak terlihat siapapun, sambil dalam hati menyatakan, 'SETUJU' !!!! Tapi, maaf....


Dewi Layla at 6:16 AM



Tuesday, March 21, 2006

Perempuan yang sedang jatuh cinta

Cuma ketika jatuh cinta saja perempuan kecil itu bisa jadi pendiam dan betah lama-lama di depan komputer. Menjauh dari dunia luar, mengurung diri dalam kamar dan mengunci senyumnya rapat-rapat untuk orang lain, adalah indikasi paling nyata dari manifestasi perasaan-nya itu. Tapi tentu saja, ada banyak senyum-senyum kecil yang tercipta untuk dirinya sendiri, terutama saat gambaran si pujaan hati tiba-tiba menyeruak muncul dalam benaknya.

Lelaki itu sempurna ! Dengan kemeja gombrong tak beraturan, celana jeans dan sendal kulit butut sebagai seragam kerja. Dia punya potongan rambut tampak depan 'ala tommy page',tapi sungguh sama sekali ngga membuatnya jauh lebih ganteng !

Lelaki itu cukup menjawab singkat pesan-pesan yang dilontarkan perempuan muda itu melalui telepon selularnya. Tapi yaaah, memang ngga bisa disalahin. Toh, namanya juga SMS ,alias Short message service. Kalo panjang-panjang namanya jadi LMS dooong, alias Long message service. Sms-sms itu terkirim beberapa kali, sehari sebelum mereka bertemu.

"Hop"..itu dia!" Duduk di pojokan rak buku sebuah toko buku mahal di kawasan pertokoan mahal di Jakarta. Itulah kali pertama perempuan kecil itu melihatnya. Nggak kaget, nggak bingung atau ada perasaan apapun. Soalnya dia memang sengaja tak memasang 'potret kira-kira' dari orang yang akan ditemuinya siang itu. Bukan apa-apa,takut kecewa. Hehehe...

Beberapa menit kemudian mereka udah asyik berbicara di sebuah kafe penjual makanan khas indonesia. Lelaki itu tak menggamit lengan perempuan itu, tapi dari gerakannya ia cukup sigap memberi arahan kemana harusnya mereka menuju. Si perempuan cukup ikut aja, tanpa perlu berpikir, paling tidak mana kafe yang paling asyik buat ngobrol di mal itu. Lelaki itu bukan anak mal-an, juga tak terkesan anak gaul, tapi dia penuh percaya diri untuk mencari tau, kemana jalan menuju kafe yang mereka maksudkan itu. Mungkin kesan itulah yang pertama kali hinggap di kepala perempuan kecil itu.

Lantas, menit-menit selanjutnya perbincangan mengalir. Kentara sekali ada batas, mereka hanya mau berbicara seputar materi pekerjaan, yang mengharuskan mereka bertemu siang itu. Lelaki itu dengan cerdas menjawab seluruh pertanyaan si perempuan muda, dan tak terlihat sedikitpun gurat cynical face di wajahnya, saat si perempuan muda itu melontarkan pertanyaan, bahkan, yang terbodoh sekalipun. Lelaki itu cerdas, terutama dalam hal bagaimana ia menempatkan nilai kemanusiaan dalam pola pikirnya. Sungguh seorang lelaki !

Hanya satu jam perbincangan tentang materi pekerjaan itu. Tapi kini, perempuan muda itu, pasti sedang jatuh cinta !!!!


Dewi Layla at 12:41 AM



Sunday, March 12, 2006

Perasaan

Serba salah rasanya memperlakukan rasa ini. Rasa yang seharusnya udah dibuang jauh-jauh karena semakin santer bau busuknya ini ternyata ga mau berhenti menelusup sampai pori-pori jiwa. Sayangnya ini bukan pertarungan sejati di atas ring tinju. Bukan pula pertarungan yang menang dan kalahnya sudah terkategorisasi sempurna. Masalahnya ini menyangkut pertandingan rasa. Perasaan marah, jengkel, dendam dan peraihan eksistensi. Mungkin juga karena pertandingan tinju antar perempuan belum dibiasakan di indonesia. Jadinya kebanyakan perempuan masih saja nyaman beradu hati dalam balutan selimut yang sempurna menutupi emosi sesungguhnya dari dunia luar. Kampret !!!
Pengen banget berada dalam meja yang sama dengan sikap duduk berhadapan lantas saling berteriak mengeluarkan pertanyaan dan penjabaran rasa yang selama ini terkungkung. Tapi pertanyaannya adalah apakah perempuan itu cukup tangguh dan berbesar hati untuk ikut bertanding dalam ring tinju yang sama ?


Dewi Layla at 1:35 AM



Photobucket - Video and Image Hosting favorit :
alternatif
sejarah
surprises
jalan-jalan
+buyung
+citra
+desan
+dhank Ari
+Nita
+ochan
picis